Bagi
sebagian anak muda atau remaja khususnya yang berasal dari kampung merantau ke
kota Banda Aceh untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu tingkat
perguruan tinggi mengharuskan mereka tinggal jauh dari kampung halamannya dan
tinggal di lingkungan yang sangat berbeda jauh dengan suasana di kampung mereka
sehingga mereka berbaur dengan lingkungan yang baru dan beda dengan kehidupan
mereka di kampung.
Perubahan pun terjadi pada diri mereka baik dari cara meraka
berpenampilan maupan cara mereka berbicara, ini dikarenakan adanya berbagai
suku budaya bercampur baur di kota Banda Aceh, Mahasiswa yang kuliah di
berbagai Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta yang ada di Banda aceh berasal
dari berbagai kabupaten bahkan ada yang berasal dari luar Aceh, oleh karena itu
mayoritas mahasiswa-mahasiswi di Banda Aceh menggunakan bahasa Indonesia untuk
melakukan komunikasi,
Akan tetapi itu bukan alasan Aneuk
Aceh untuk melupakan bahasa asli orang Aceh. Jangan hanya karena alasan malu
berbahasa Aceh dan tak ingin di bilang nggak gaul pake bahasa Aceh. Tak di
pungkiri berbagai faktor tersebut banyak anak Aceh yang mulai meninggalkan
bahasa nenek moyangnya, diantara bahasa Aceh yang mulai di tinggalkan Aneuk
Aceh , disini penulis akan menyebutka 9 kata dalam bahasa Aceh yang mulai
ditinggalkan di antaranya:
1.
Bulut
(basah)
Kata
bulut dalam bahasa aceh mulai jarang digunakan. Bulut artinya basah. Contoh
kalimat yang menggunkan kata bulut.
“galak that maen ujeuen.. kabeh bulut bajee .”
Aneuk Aceh sekarang lebih suka memakai kata Basah ketimbang memakai kata bulut yang asli berasal dari bahasa Aceh
Aneuk Aceh sekarang lebih suka memakai kata Basah ketimbang memakai kata bulut yang asli berasal dari bahasa Aceh
2.
Camca,tamca (sendok)
Camca/tamca
kalau di artikan dalam bahasa indonesia berarti sendok berasal dari bahasa cina
, alat yag biasa digunakan untuk mengambil makanan, kata camca ini juga sudah
jarang digunakan aneuk Aceh sekarang.
3.
Pingan
(piring)
Pingan
berasal dari kata melayu dan orang malaysia juga menggunakan kata ini untuk
menyebutkan benda piring.
4. Purieh
Banyak
Aneuk Aceh yang sekarang tinggal di banda Aceh mungkin tak mengenal lagi
Purieh.. Purieh adalah alat yang terbuat dari bambu yang sangat tua dan keras.
Orang tua di kampung biasa meggunakan purieh untuk sandaran “panteue’ (semacam
tempat istirahat yang terbuat dari bambu) “purieh ini juga digunakan sebagai
alat untuk memanjat kelapa yang pohonnya rendah, jadi bisa digunakan sebagai
pengganti tangga.
5.
Jak
Tueng (jemput)
Kata
Jak Tueng Sekarang di gantikan dengan
kata jemput, kata tueng ini sering
digunakan ketika kita hendak menjemput seseorang yang butuh bantuan kita,
contoh kalimat. “Aduen tulong jak tueng
loen siat di keude” ; Bro tolong jemput gua bentar di kede.
6.
Tutue,titi
(jembatan)
Banyak
Anak Aceh yang tinggal di banda Aceh sekarang lebih suka meggunakan kata
jembatan. Padahal dalam bahasa Aceh jembatan di artikan tutue. Contoh kalimat
yang sering di gunakan anak aceh , “lewat jembatan lamnyong blah wie na
keude”.. lewat jembatan Lamnyoeng sebelah kiri ada kede.
7.
Kayem (Sering)
Kata
inipun hampir jarang kita jumpai di mulut aneuk aceh dalam pergaulan sehari
pada. Mereka lebih suka menggunakan kata sering ketimbang kata kayem.
8.
Miseue,
Meuseue (misalkan, contoh)
Kata
ini digunakan untuk mengumpamakan sesuatu. Dalam pergaulan sehari-hari Aneuk
Aceh lebih sering menggunakan kata contoh.
9.
Meuchen
(kangen,rindu)
Kata
Meuchen sering digunakan dalam hubungan antara sepasang kekasih, ketika lagi
kangen sama sang kekasih pria lebih suka menggunakan kata rindu atau kangen
untuk mengungkapkan rasa rindunya kepada sang pacar.
Mungkin
hanya sekian moga tulisannya bermamfaat mohon maaf kalau ada kekeliruan…
2 komentar
Write komentarmasih banyak kata-kata yang ditinggalkan. semangat wein beh hoho
Replysepertinya masih banyak lagi yang hilang
Reply