Hak Anak Dalam Islam

Hak Anak Dalam Islam

Merian Fauzi 00.24 0
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Anugerah yang membuat sepasang hati semakin bertambah bahagia. Kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan harta-benda.
Anak adalah rezki dari Allah. Sudah sepantasnya pasangan suami istri bersyukur atas rezki itu. Allah subhanahu wa tala berfirman:

{لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)} [الشورى:49ـ50]

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dan Dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS Asy-Syura : 49-50)
Di antara bentuk rasa syukur adalah memperhatikan hak-hak anak. Sehingga dengan demikian, terjalinlah hubungan yang harmonis di dalam keluarga, terciptalah anak-anak yang taat kepada orang tuanya, terbentuklah watak-watak anak soleh yang siap membangun agama, bangsa dan negara.

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami menyelesaikan makalah ini agar kita semua khususnya mahasiswa-mahasiwi mengerti dan tahu apa sebenarnya hak-hak anak dalam islam dan agar kelak ketika kita menjadi orang tua tidak salah memperlakukan anak baik sejak dia dalam kandungan maupun ketika dia sudah lahir ke dunia ini
BAB II
PEMBAHASAN

Agama Islam adalah agama yang sempurna. Islam telah mengajarkan seluruh aspek kehidupan. Islam telah mengajarkan hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh kedua orang tuanya.
Di antara hak-hak anak dalam Islam adalah sebagai berikut:
1.      MEMILIHKAN PASANGAN YANG SOLEH/SOLEHAH SEBELUM MENIKAH
Sebelum anak dilahirkan, maka seorang yang akan menikah harus benar-benar memperhatikan dengan siapa ia akan melanjutkan kehidupannya. Benarnya pilihan akan menentukan kebahagiaan di masa yang akan datang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada pria yang ingin menikah untuk memilih wanita yang solehah dan beragama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
( تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأرْبَعٍ: لِمَالِهَا, وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ )
Artinya: “Seorang wanita dinikahi dengan empat alasan, yaitu: karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, maka tanganmu akan berdebu (dalam bahasa arab ini adalah doa agar mendapat kebaikan atau keberuntungan).”[1]
Hadis ini tidak membatasi bahwa wanita tidak boleh memilih. Wanita juga dapat memilih siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya.
Untuk mendapatkan pasangan yang soleh/solehah –alhamdulillah– kita bisa banyak menemukannya di dalam masyarakat muslimin. Hanya saja, yang paling dibutuhkan oleh seorang yang ingin mencari jodoh adalah rasa qana’ah(merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah). Dia harus menyadari bahwa pria/wanita tidak ada yang sempurna.
Dia akan merasakan suatu kesenangan tersendiri apabila ternyata pasangan hidupnya adalah orang yang soleh, taat dan dapat mendidik anak-anaknya. Kenikmatan yang tidak dimiliki jika bersama dengan orang yang hanya mengandalkan harta,  kedudukan atau kecantikan saja.

2.      MENGUCAPKAN DOA SEBELUM BERHUBUNGAN BADAN UNTUK MENJAGANYA DARI GANGGUAN SETAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan doa ketika berhubungan badan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ قَالَ: (بِاسْمِ اللَّهِ, اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا) فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرُّهُ)
Artinya: “Seandainya seseorang di antara kalian ketika mendatangi istrinya membaca, ‘BISMILLAH ALLAHUMMA JANNIBNASY-SYAITHAN WA JANNIBISY-SYAITHAN MA RAZAQTANA’ (Dengan nama Allah. Ya Allah, Jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami). Jika Allah menakdirkan (dengan hubungan itu terlahir) seorang anak, maka setan tidak akan bisa memudaratkannya.”[2]

3.      MEMPERHATIKANNYA KETIKA BERADA DI RAHIM IBUNYA
Sepasang suami-istri harus memperhatikan keadaan anaknya ketika berada di rahim, baik yang berhubungan dengan kesehatan bayi yang dikandungnya maupun sifat-sifat yang akan diturunkan dari ibunya ke anaknya. Seorang ibu harus sadar terhadap apa yang dikerjakan di kesehariannya. Jangan sampai dia memiliki kebiasaan-kebiasaan jelek yang secara tidak dia sadari akan berpengaruh terhadap perilaku bayinya nanti.
Seorang ayah wajib menafkahi ibu yang mengandung anaknya, walaupun dia sudah benar-benar ditalak tiga atau talak bain. Alasannya adalah ibu tersebut mengandung anaknya dan menafkahi anak itu wajib.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{وَإِنْ كُنَّ أُولَاتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوا عَلَيْهِنَّ حَتَّى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ} [الطلاق:6]
Artinya: “Jika mereka (wanita-wanita itu) sedang hamil, maka nafkahilah mereka sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS Ath-Thalaq : 6)
4.      MEMPERLIHATKAN RASA SENANG KETIKA DIA DILAHIRKAN
Ketika sang anak dilahirkan sudah sepantasnya seorang ayah dan ibu menunjukkan rasa senangnya. Bagaimanapun keadaan anak itu. Baik laki-laki maupun perempuan. Terkadang sebagian orang tua memiliki rasa benci jika yang dilahirkan adalah perempuan.
Perlu kita ketahui ini, rasa kebencian itu merupakan sifat jahiliah yang masih dimiliki oleh sebagian kaum muslimin.
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengabarkan di dalam Al-Qur’an tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang Quraisy di masa Jahiliah. Mereka membunuh bayi-bayi perempuan mereka yang baru dilahirkan. Allahsubhanahu wa ta’ala berkata:
{وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59) }[النحل : 58-59]
Artinya: “Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, maka hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah dia akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah! Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)
Terkadang Allah menguji sang Ayah dan sang Ibu dengan anak yang cacat. Mereka diuji dengan kebutaan, kebisuan, ketulian atau cacat yang lainnya pada sang Anak. Orang yang paham bahwa itu adalah ujian, maka dia akan berlapang dada untuk menerimanya dan tetap merasa senang. Sebaliknya orang yang tidak paham, maka dia tidak akan senang, tidak rida bahkan terkadang bisa sampai mengarah ke perceraian atau pembunuhan sang Anak.
5.      MENJAGANYA AGAR TETAP HIDUP BAIK KETIKA DI DALAM RAHIM MAUPUN KETIKA TELAH LAHIR
Anak pun memiliki hak untuk hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berkata:
{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا } [الأسراء : 31]
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan! Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS Al-Isra’ : 31)
Bentuk pembunuhan yang banyak dilakukan adalah dengan peraktek aborsi. Aborsi hukumnya adalah haram, terkecuali ada alasan darurat yang membolehkannya. Yang sungguh mengherankan –berdasarkan data yang penulis dapatkan-, justru ibu-ibu yang telah memiliki dua atau tiga anaklah yang paling banyak melakukan peraktek ini. Hendaklah mereka segera bertobat dan memohon ampun kepada Allah.
6.      MEMBERI NAMA DENGAN NAMA YANG BAIK
Anak pun memiliki hak untuk diberi nama yang baik dan bagus didengar. Nama itulah yang mewakili dirinya untuk kehidupannya kelak. Oleh karena itu, janganlah salah dalam memilihkan nama.
Islam telah mengajarkan agar memilih nama-nama islami dan menjauhi nama-nama yang mengandung unsur penyerupaan dengan agama lain atau penyerupaan dengan pelaku-pelaku kemaksiatan. Sudah sepantasnya seorang muslim bangga dengan nama islaminya.
Memilih nama yang islami tidak perlu susah-susah. Penulis teringat dengan nasihat  Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-’Abbad (Ahli hadis Madinah) ketika beliau ditanya tentang beberapa nama arab yang agak asing didengar ditelinga, kemudian beliau menjawab, “Pilihlah nama-nama yang tidak perlu ditanyakan lagi apakah boleh memakai nama itu ataukah tidak!”.
Nama-nama yang seperti di maksudkan oleh Syaikh ‘Abdul-Muhsin sangat banyak sekali, seperti: ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Abdurrahim dan sejenisnya, nama-nama para nabi, nama-nama sahabat yang terkenal dll. Begitu pula untuk anak perempuan, banyak sekali nama wanita-wanita solehah, seperti: Fatimah, Khadijah, Aisyah dll.
7.      MENYUSUINYA DENGAN ASI SAMPAI DIA MERASA CUKUP SERTA MEMPERHATIKAN GIZI YANG DIA MAKAN/MINUM
Anak memiliki hak untuk dijaga kesehatannya. Makanan yang paling bagus untuk bayi di bawah umur dua tahun adalah ASI (Air Susu Ibu).
{َالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ …}
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…”(QS Al-Baqarah: 233).
Ibnu Hazm berkata, “Seorang ibu wajib menyusui anaknya, baik dia itu adalah seorang yang merdeka ataupun budak, atau seorang yang berada di bawah tanggungan suaminya, tuannya ataupun tidak di bawah tanggungan siapa-siapa. Hal ini disebabkan karena hak anaknya yang berasal dari air mani yang dinisbatkan kepada suaminya atau selain suaminya, baik dia itu senang atau tidak, bahkan anak seorang khalifah pun dipaksa untuk itu.
Terkecuali wanita yang ditalak, maka dia tidak dipaksa untuk menyusui anak yang berasal dari yang mentalaknya. Akan tetapi, jika dia mau menyusuinya, maka harus diperbolehkan …[3]



8.      BERAKIKAH (AQIQAH) DENGAN MENYEMBELIH SATU EKOR KAMBING UNTUK ANAK PEREMPUAN DAN DUA EKOR KAMBING UNTUK ANAK LAKI-LAKI SERTA MENCUKUR RAMBUTNYA DI HARI KE TUJUH KELAHIRANNYA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُسَمَّى وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ)
Artinya: “Seorang anak tergadaikan dengan akikahnya, disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh, diberi nama dan dicukur kepalanya.”[4]
Meskipun terjadi perbedaan pendapat di antara ulama tentang kewajiban berakikah, sudah sepantasnya sebagai seorang muslim untuk selalu berusaha mengikuti semua sunnah/ajaran nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
9.      MEMPERHATIKAN KEBERSIHAN TUBUHNYA DAN MENGHILANGKAN BERBAGAI GANGGUAN DARINYA
Orang tua wajib memperhatikan kebersihan anaknya. Secara tidak disadari, hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental sang Anak. Begitu pula, sudah sepantasnya orang tua mengajarkan cara menjaga kebersihan. Sebagai contoh kecil, mengajarkannya untuk tidak membuang sampah kecuali di tempat sampah, mengajarkannya untuk membersihkan tempat tidur dan membiasakannya untuk menggosok giginya.
Islam adalah agama yang yang sangat memperhatikan kebersihan. Di antara bentuk ajaran Islam yang menjelaskan tentang kebersihan adalah disyariatkannya berkhitan, baik untuk laki-laki maupun perempuan.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah diatas kami dapat menyimpulkan bahwa diantara hak-hak anak dalam Islam adalah sebagai berikut :
1)      Memilih pasangan yang  shaleh-shalehah sebelum menikah
Untuk memilih pasangan yang shaleh-shalehah sebelum kita menikah, yang paling dibutuhkan oleh seorang yang ingin mencari jodoh adalah rasa qana’ah(merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah). Dia harus menyadari bahwa pria/wanita tidak ada yang sempurna
Kita akan merasakan suatu kesenangan tersendiri apabila ternyata pasangan hidup kita adalah orang yang soleh, taat dan dapat mendidik anak-anak kita. Kenikmatan yang tidak dimiliki jika bersama dengan orang yang hanya mengandalkan harta,  kedudukan atau kecantikan saja
2)      Mengucapkan do’a sebelum berhubungan badan agar terhindar dari gangguan syaithan.
Sebagaimana yang telah di ajarkan Rasulullah kepada kita.
3)      Memperhatikannya ketika berada dalam rahim ibunya
Sepasang suami-istri harus memperhatikan keadaan anaknya ketika berada di rahim, baik yang berhubungan dengan kesehatan bayi yang dikandungnya maupun sifat-sifat yang akan diturunkan dari ibunya ke anaknya. Seorang ibu harus sadar terhadap apa yang dikerjakan di kesehariannya. Jangan sampai dia memiliki kebiasaan-kebiasaan jelek yang secara tidak dia sadari akan berpengaruh terhadap perilaku bayinya nanti.
Seorang ayah wajib menafkahi ibu yang mengandung anaknya, walaupun dia sudah benar-benar ditalak tiga atau talak bain. Alasannya adalah ibu tersebut mengandung anaknya dan menafkahi anak itu wajib
4)      Memperlihatkan rasa senang ketika dia dilahirkan
Ketika sang anak dilahirkan sudah sepantasnya seorang ayah dan ibu menunjukkan rasa senangnya. Bagaimanapun keadaan anak itu. Baik laki-laki maupun perempuan. Terkadang sebagian orang tua memiliki rasa benci jika yang dilahirkan adalah perempuan, atau jika anak tersebut tidak sesuai keinginan,
5)      Menjaga anak agar tetap hidup baik ketika berada di dalam rahim ibunya maupun ketika sudah dilahirkan
Seperti halnya sekarang ini banyak kita lihat praktek aborsi yg dilakukan baik para remaja ibu-ibu ,itu merupakan sama halnya dengan membunuh atau pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja dan merupakan dosa besar yang sangat di benci oleh Allah.
6)      Memberi nama dengan nama yang baik
Islam mengajarkan kita agar memilih nama yang baik untuk nama anak, agar anak senang dengan nama tersebut ketika dia besar kelak, dan nama yang orang tua berikan jangan nama yang berbau kebarat-baratan atau seperti nama orang di luar agama islam.
7)      Menyusuinya dengan asi sampai dia merasa cukup serta memperhatikan  gizi yang diamakan/minum
Anak memiliki hak untuk menirima asi yang baik sampai dia merasa cukup serta anak berhak untuk memperoleh gizi yang cukup dan memperoleh makanan dan minuman yang sehat.
8)      Berakikah dengan menyembelih satu ekor kambing untuk anak perempuan dan dua ekor kambing untuk anak laki-laki serta mencukur rambutnya di hari ke tujuh kelahirannya
9)      Memperhatikan kebersihan tubuh anak dan menghilangkan berbagai gangguan darinya.
Anak juga berhak di perhatikan akan kebersihannya karena tanpa disadari kebersihan juga berpengaruh kepada mental anak, orang tua bisa mengajarkan tentang kebersihan dari hal yang kecil seperti menyuruh anaknya untuk tidak buang sampah sembarangan. Islam sangat mengajurkan kebersihan. Orang tua juga harus menjaga anaknya dari berbagai macam penyakit dan menjaga dia dari berbagai ganguan.

B.     Saran
Ada baiknya orang tua sekarang lebih mementingkan hak anaknya daripada sibuk dengan  pekerjaannya karena tanpa kita sadari jika hak-hak anak tersebut tidak terpenuhi dapat mempengaruhi perkembangan anak dan dapat beakibat buruk kepada anak




















DAFTAR PUSTAKA
HR Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 3635
]HR Al-Bukhari no. 3283 dan Muslim no. 3533
Al-Muhalla milik Ibnu Hazm, Jilid X Hal. 335, Idarah Ath-Thiba’ah Al-Muniriyah
HR Abu Dawud no. 2837, At-Tirmidzi no. 1522 dan Ibnu Majah no. 3165, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Abi Dawud no. 2527-2528, Irwa’ul-ghalil no. 1165 dan Al-Misykah no. 4153.




[1] HR Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 3635

[2] HR Al-Bukhari no. 3283 dan Muslim no. 3533
[3] Al-Muhalla milik Ibnu Hazm, Jilid X Hal. 335, Idarah Ath-Thiba’ah Al-Muniriyah

[4]HR Abu Dawud no. 2837, At-Tirmidzi no. 1522 dan Ibnu Majah no. 3165, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Abi Dawud no. 2527-2528, Irwa’ul-ghalil no. 1165 dan Al-Misykah no. 4153.
Makalah Ta'zir

Makalah Ta'zir

Merian Fauzi 00.17 0
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara umum, proses lahirnya mazhab yang paling utama adalah faktor para murid imam mazhab yang menyebarkan dan menanamkan pendapat para imam kepada masyarakat dan juga disebabkan adanya pembukuan pendapat para imam mazhab sehingga memudahkan tersebarnya pendapat tersebut di kalangan masyarakat. Karena pada dasarnya, para imam mazhab tidak mengakui atau mengkklaim sebagai “mazhab”. Secara umum, mazhab berkaitan erat dengan “nama imam” atau tempat.
Tiap-tiap mazhab memiliki ciri khas tersendiri karena para pembinanya berbeda pendapat dalam menggunakan metode penggalian hukum. Namun, perbedaan itu hanya sebatas pada masalah-masalah furu’, bukan masalah-masalah prinsipil atau pokok syari’at. Mereka sependapat bahwa semua sumber atau dasar syariat adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Semua hukum yang berlawanan dengan kedua sumber tersebut wajib ditolak dan tidak diamalkan. Mereka juga saling menghormati satu sama lain, selama yang bersangkutan berpendapat sesuai dengan garis-garis yang ditentukan oleh syariat Islam.
Mazhab adalah aliran pemikiran atau perspektif di bidang fiqh, yang kemudian menjadi komunitas dalam masyarakat Islam. Mazhab, bagaika aliran sungai dari mata air yang sama. Di tengah perjalanan bertemu dengan aliran sungai lain; yang juga bercabang dan beranting. Oleh karena itu, dalam realitas masyarakat Islam terdapat berbagai mazhab, seperti Ahlusunnah (Sunni), Syi’ah (Syi’i) dan Khawarij.
Dalam komunitas Sunni terdapat sekirat 13 (tiga belas) mazhab, diantaranya empat mazhab masih berkembang (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Dalam komunitas Syi’I terdapat 4 mazhab, diantaranya tiga mazhab masih berkembang (Ja’fari [Imami], Zaidi, dan Isma’ili). Sedang dalam komunitas Khawarij hanya terdapat satu mazhab yang masih berkembang yakni mazhab ‘Ibadi. Perkembangan berbagai mazhab itu, selain didukung oleh fuqaha (mujtahid) serta para pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari kekuasaan politik. 
Ketika mazhab masih dalam wujud aliran pemikiran, yang bertumpu pada imam mazhab, dalam komunitas Sunni terdapat dua aliran yang berada dalam kutub yang berseberangan, yakni ahl al-ra’y (rasionalis logis) dan ahl al-hadits (tradisionalis-empiris). Dari sinilah akan dibahas imam mazhab Sunni yang pemikirannya menganut kedua aliran tersebut.

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, selain untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah juga sebagai bahan belajar khususnya mahasiswa-mahasiswa sekalian, semoga dengan adanya makalah ini bias menjadi bahan rujukan atau bahan belajar mahasiswa maupun mahasiswi sekalian.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Mazhab
Mazhab (مذهب) menurut bahasa berarti “jalan” atau “the way of”. Dalam Islam, istilah mazhab secara umumnya digunakan untuk dua tujuan: dari sudut akidah dan dari sudut fiqh.
Mazhab fiqh ialah apa yang berkaitan dengan soal hukum-hakam, halal-haram dan sebagainya. Contoh Mazhab fiqh bagi Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah ialah Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab al-Syafi‘e dan Mazhab Hanbali.[1]
Mazhab fiqh pula, sebagaimana dijelaskan oleh Huzaemah Tahido, bererti: Jalan fikiran, fahaman dan pendapat yang ditempoh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum Islam dari sumber al-Qur’an dan al-Sunnah. Ianya juga bererti sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat seorang alim besar yang bergelar Imam dalam urusan agama, baik dalam masalah ibadah ataupun lainnya[2]





2.      Lahirnya Mazhab Fiqh
Mazhab-mazhab fiqh Islam yang empat yaitu Maliki, Hanafi, Shafi‘i dan Hanbali hanya muncul dan lahir secara jelas pada era pemerintahan Dinasti Abbasid, yaitu sejak tahun ke 2H/8M.
Sejarah kemunculan dan perkembangannya boleh dilihat dalam 4 peringkat, yaitu:
1)      Pada era Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Khalifah al-Rashidun yang empat.
2)      Pada era Pemerintahan Dinasti Umayyad dan Abbasid di mana pada ketika inilah mazhab-mazhab Islam mula muncul dan berkembang.
3)      Pada era kejatuhan Islam, iaitu mulai kurun ke 4H/10M di mana mazhab-mazhab Islam tidak lagi berperanan sebagai sumber ilmu kepada umat tetapi hanya tinggal sebagai sesuatu yang diikuti dan diterima secara mutlak.
4)      Era kebangkitan semula Islam dan ilmu-ilmunya sama ada dalam konteks mazhab atau ijtihad ulama’ mutakhir.

3.      Pembukuan Hadits
Pembukuan berbeda dengan penulisan. Seseorang yang menulis sebuah shahifah (lembaran) atau lebih disebut dengan penulisan. Sedangkan pembukuan adalah mengumpulkan lembaran-lembaran yang sudah tertulis dan yang dihafal, lalu menyusunnya sehingga menjadi sebuah buku.
Upaya untuk mengumpulkan dan membukukan hadits telah dilakukan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hal-hal yang mendorong untuk melakukan pengumpulan dan pembukuan adalah:
Ø  Tidak adanya larangan pembukuan, sedangkan Al-Qur’an telah dihafal oleh ribuan orang, dan telah dikumpulkan serta dibukukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Dengan demikian dapat dibedakan dengan jelas antara Al-Qur’an dengan hadits.
Ø  Kekhawatiran akan hilangnya hadits karena ingatan kuat yang menjadi kelebihan orang Arab semakin melemah, sedangkan para ulama telah menyebar dibeberapa penjuru negeri Islam setelah terjadi perluasan kekuasaan negeri Islam.
Ø  Munculnya pemalsuan hadits akibat perselisihan politik dan madzhab setelah terjadinya fitnah, dan terpecahnya kaum muslimin menjadi pengikut Ali dan pengikut Mu’awiyah, serta Khawarij yang keluar dari keduanya. Masing-masing golongan berusaha memperkuat madzhab-nya dengan cara menafsirkan Al-Qur’an dengan makna yang bukan sebenarnya.

Akan tetapi, upaya pengumpulan ini belum menyeluruh dan sempurna karena Umar bin Abdul Aziz wafat sebelum Abu Bakar bin Hazm mengirimkan hasil pembukuan hadits kepadanya. Para ahli hadits memandang bahwa upaya Umar bin Abdul Aziz merupakan langkah awal dari pembukuan hadits. Mereka mengatakan, “Pembukuan hadits ini terjadi pada penghujung tahun ke 100 pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz atas perintahnya.”
Adapun upaya pembukuan yang sebenarnya dan menyeluruh dilakukan oleh Imam Muhammad bin Syihab Az-Zuhri yang menyambut seruan Umar bin Abdul Aziz dengan tulus yang didasari karena kecintaan pada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keinginannya untuk melakukan pengumpulan.
Pembukuan hadits pada mulanya belum disusun secara sistematis dan tidak berdasarkan pada urutaan bab-bab pembahasan ilmu. Upaya pembukuan ini kemudian banyak dilakukan oleh ulama-ulama setelah Az-Zuhri dengan metode yang berbeda-beda. Kemudian para ulama hadits menyusunnya secara sistematis dengan menggunakan metode berdasarkan sanad dan berdasarkan bab.
Ibnu Hajar berkata, “Orang yang pertama melakukan demikian itu adalah Ar-Rabi’ bin Shubaih (wafat 16 H) dan Said bin Abi Arubah (wafat 156 H) hingga kepada para ulama thabaqah (lapisan) ketiga (dari kalangan tabi’in). Imam Malik menyusun Al-Muwatha’ di Madinah, Abdullah bin Juraij di Makkah, Al-Auza’I di Syam, Sufyan At-Tsauri di Kufah, Hamad bin Salamah bin Dinar di Basrah.”

4.      Pengaruh Terhadap Perkembangan Tasyri’
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sunnah merupakan sumber islam kedua bagi ilmu fiqh dan syariat setelah Al-qur’an. Oleh karena itu, memandang sunnah sebagai sumber dalil bagi hukum-hukum syariat merupakan suatu pembahasan yang baik dan menciptakan wawasan luas yang mewarnai semua kitab ushul fikih dan semua mazhab fiqih. Dalam hal ini, Imam Auza’I wafat pada 157 H, mengatakan bahwa Al;qur’an lebih membutuhkan sunnah dari pada sunnah terhadap Al-qur’an. Hal itu karena sunnah berfungsi menjelaskan makna dan merinci keutamaan Al-qur’an. Berdasarkan kenyataan ini, sebagian ulama mengatakan bahwa sunnahlah yang memegang keputusan terhadap Al Kitab. Dengan kata lain fungsi sunnah adalah menjelaskan makna yang dimaksut Al-qur’an.
Akan tetapi Imam Ahmad masih kurang puas dengan ungkapan ini, tapi tidak berani mengatakan demikian dan hanya mengatakan bahwa sunnah itu menjelaskan makna Al-qur’an. Pendapat ini cukup adil, yaitu memandang sunnah sebagai penjelas Al-qur’an dan disisi lain subjek yang dikemukakan sunnah meliputi Al-qur’an dan tidak pernah keluar atau menyimpang darinya. 
Status sunnah sebagai sumber hokum bagi pen-tasyri’-an (perintah) dalam masalah ibadah dan muamalah, individu, keluarga, mayarakat dan Negara tidak diperselisihkan lagi. Imam Syaukani mengatakan bahwa ketetapan status sunnah hujjah dan kemandiriannya dalam merealisasikan hokum syariat dan sunnah sebagai keharusan agama, tidak ditentang oleh seorangpun, selain oleh orang yang mempunyai pemahaman dangkal terhadap agama islam.
Seseorang yang membaca kitab fikih islam dan mazhab apapun, akan banyak menemukan dalil sunnah, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun ketetapan. Dalam hal ini orang-orang atau kalangan yang dikenal dalam tarikh fikih dengan sebutan golongan ahli hadis dan yang dikenal dengan sebutan ahli ra’yu sama saja. Prinsip pokoknya dapat diterima oleh kedua kalangan tersebut.. perbedaan pendapat hanya ada dalam perincian dan penerapannya sebagai konsekuensi perbedaan mereka dalam mensyaratkan hadis yang dapat diterima dan pengamalannya. Dengan demikian, orang yang membaca kitab mazhab Hanafi (aliran nasionalis) akan menemukan banyak hadis yang dijadikan sandaran hokum oleh guru-guru mereka. Sebagian orang yang fanatic dan tidak objektif mengatakan bahwa di antara mereka ada orang yang wawasannya kurang dalam meriwayatkan hadist karena kurangnya perhatian terhadap bidang ini. Padahal tuduhan itu tidak pantas dilancarkan terhadap imam besar karena sesungguhnya syariat islam hanya dapat disimpulkan dari Al-quran dan sunnah. Orang yang sedikit memiliki perbendaharaan hadist, diharuskan menuntut dan meriwayatkannya, serta bersungguh-sungguh menekuni bidang ini supaya dia dapat menyimpulkan hukum-hukum agama dari sumber-sumber yang benar dan menerimanya dari Nabi yang ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikannya.
Agar sunnah dapat dijadikan rujukan dalam hokum tasyri’, terlebih lagi kita harus menelitinya dengan pembuktian yang sumber-sumbernya dari Nabi. Kriteria ini menurut peristilahan ilmu mushthalah hadis-agar hadis dapat dijadikan dalil_ hendaklah hadist itu berpredikat shahih atau hasan. Predikat shahih menurut yudisium yang diberikan oleh universitas, berarti istimewa dan baik sekali, sedangkan predikat hasan berartti baik atau sedang. Oleh karena itu dpat dikatakan bahwa predikat hasan yang tinggi lebih mendekati predikat shahih, sebagaimana predikat hasan yang rendah, lebih dekat dengan criteria dhaif .

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kita dapat menyimpulkan dengan pasti bahwa semua ahli fiqh kaum mislimin dari berbagai aliran dan mazhabnya dikota-kota besar, baik dari kalangan yang mazhabnya masih ada maupun yang sudah pudar, baik dari kalangan orang-orang yang diikuti maupun bukan, berpendapat bahwa sunnah merupakan pegangan dan sumber hokum mereka dalam menetapkan hokum-hukum fikih, yaitu apabila dalam sunnah tersebut terdapat suatu penjelasan yang menerangkan hokum agama Allah. Mereka sama sekali tidak mau menentang perintah yng diisyaratkan oleh sunnah. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat antara orang yang berasal dari alira ra’yu ataupun aliran hadist.
B.     Saran
Ada baiknya dalam penulisan makalah ini anda dapan memberikan kritikan dan masukan untuk memperbaikinya mungkin ada kesalahan dalam penulisan dan referensi yg tidak jelas anda dapat menambahkan atau mungkin memberikan komentar atau  berupa pertanyaan.






DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Dedi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Ensiklopidi Islam (ed: Hafidz Dasuki; PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994) – ‘Mazhab’.
Huzaemah Tahido – Penghantar Perbandingan Mazhab (Logos Wacana Ilmu; Jakarta, 1997),






[1] Ensiklopidi Islam (ed: Hafidz Dasuki; PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994) – ‘Mazhab’.

[2] Huzaemah Tahido – Penghantar Perbandingan Mazhab (Logos Wacana Ilmu; Jakarta, 1997), ms. 71-72

Hom Hai Story

Merian Fauzi 23.30 0
Oleh : Nazarullah

Credit ; merian.fauzi@gmail.com

Dahulu kala, disebuah kampung yang jauh dari perkotaan  seorang anak yang bertubuh kurus meemulai pendidikannya disebuah sekolah Dasar dikampung tempat ia tinggal . SD tersebut jaraknya lebih kurang 20m dari rumahnya.ia selalu pergi kesekolah  bersama teman- temannya dengan sangat gembira, walaupun uang jajan dikantin sekolah tidak seberapa diberikan sama orang tua.
Saat itu, ia selalu rajin bersekolah terkecuali jika ia sakit, hujan dan ada halangan- halangan lain yang tidak memungkinkan untuk dapat hadir.

Suatu ketika ia mulai duduk dikelas 4SD, ia sudah mulai agak nakal dari sebelumnya yang Cuma penurut dan tergolong murid yang disukai oleh guru kelas-kelasnya. Disini ia banyak tidak masuk mata pelajaran matematika karena mungkin ia bosan atau entah kenapa.Selain itu ia juga sesekali berantem dengan kawan satu kelasnya, karena ia sering membuat ulah dengan kawan- kawannya sehingga memancing emosi kawannya.tapi itu tidak berlangsung lama hanya satu semester saja dan Cuma dibangku kelas 4SD saja.
Setelah ujian akhir kenaikan kelas, rapor dia bernilai pas-  pasan dan nilai matematikanya lima ia dapatkan, mungkin itu wajar karena ia sering bolos saat mata pelajaran tersebut. Beranjak kekelas 5 SD, ia pindah sekolah ketempat lain dikarenakan tugas/dinas orang tuanya tidak dikampung tersebut lagi. Sekarang ia tinggal tidak jauh dari tempat dulu ia sekolah, hanya berbeda kecamatan saja dari kampong sebelumnya.
Dikelas 5 SD ia mulai sedikit merubah sikapnya bolos mata pelajaran matematika, ia mulai belajar sedikit demi sedikit untuk bisa bersaing dengan teman- temannya yang tergolong cerdas- cerdas. Hari demi hari bocah tersebut milai bersemangat untuk belajar dengan giat walaupun ia tau tidak mungkin bisa menyaingi kawan- kawan apalagi mendapat peringkat satu dikelasnya.Tahun ketahun berlanjut hingga luluslah ia menempuh pendidikan di SD tersebut dengan nilai dirapor tidak mengecewakan. Alhamdulillah….

Beranjak SMP Ia mulai suka mata pelajaran matematika dan juga bahasa inggris, hingga ia juga ikut les privat/ kursus bahasa inggris didaerahnya tersebut.
Saat itu, ia senang sekali dengan mata pelajaran tersebut hingga setiap ada soal dipapan tulis ia selalu mencoba untuk mengisinya.
Tahun ke tahun berlalu hingga aku beranjak kekelas  3 SMP dan mulai rajin belajar untuk UAN, karena nilai kelulusan untuk UAN saat itu telah ditentukan. Jika tidak bisa meraih nilai yg dimaksud maka ia tidak lulus dari SMP tersebut.

Ketika UAN berlangsung ia sangat hati- hati mengisi lembar jawaban computer dan menjawab pertanyaan dengan sungguh- sungguh. Setelah UAN pengumuman kelulusan diberitaukan kepada siswa, semua siswa dikelas kami lulus semua.
Setelah lulus SMP ia melanjutkan pendidikannya ke SMA, yang agak sedikit jauh dari tempat tinggalnya. Kalau mau sekolah ia harus numpang sewa mobil labi- labi. Ia sering terlambat masuk ruang dikarenakan labi- labi sering macet dijalan ataupun berdiri sejenak mencari penumpang. Sebenarny a dikampung dia sendiri juga ada sekolah SMA1 yang dekat dengan rrumahnya. Cukup dengan jalan kaki saja sudah sampai kesekolah.
Kelas 2 SMA ia dapat jurusan IPS, dan kemudian ia pindah ke SMA dikampungnya tersebut dikarenakan sering terlambatnya masuk sekolah. Ia tidak lagi terlambat karena sekolahnya sekarang dekat dengan rumah atau kampungnya. Namun, ia mulai lagi bosan dengan pelajaran Akutansi yang sangat memusingkan kepala.
Singkat cerita ia lulus SMA dan setelah ia berpikir- piker selama beberapa minggu ia memilih untuk kuliah di Banda Aceh, tak tau dimana dia harus kuliah dan jurusan apa yang harus di ambil. Ketika IAIN Ar- Raniry menerima mahasiswa baru diapun ikut tes masuk dan ternyata ia diterima di perkuliahan tersebut.

Ia sekarang kuliah di IAIN leting 2009 dengan segenap kemampuannya…
diperkuliahan teman temanlah yang selalu memberinya motivasi, sekian dan terimakasih..

:]  wkwkwkwk

liat profil lengkanya di :  https://www.facebook.com/nazarullah.homhai

LANGKAH TERHENTI SINAR MENTARI AKAN KEMBALI

Merian Fauzi 23.05 0
 Ditulis Oleh : Abdullah

15 Maret 1991, sebelah Timur mentari terbit memancarkan cahaya dengan penuh kehangatan, pagi begitu cerah pada saat itu, mentari memancarkan sinar hingga barat ikut terang.
“Jantho Baru” adalah  sebuah desa yang agak sedik
it jauh dengan ibu kota, Pada desa itulah lahir seorang “Satria” yang membawa sinar pada saat itu, hingga aku mengenal seorang “Putra” yang begitu gagah cerdas dan berani.
Kampus adalah salah satu objek yang membuat semua orang bias dekat antara satu sama lain, hari demi hari di situlah terlihat dan mengenal lebih dalam sosok Satria putra Jantho tersebut, tapi pada waktu itu, satria belum begitu dekat dengan kawan-kawan unit nya dia hanya berteman beberapa orang saja, hari-hari terus berganti tak lama kemudian, tempat kuliah dah mulai masa proses rahabilitas yang butuh waktu angak sedikit lama, dan mereka terpaksa harus pindah ketempat lain, Adidarma istana sementara tempat, dia menuntut Ilmu dalam masa proses Rehabilitas tersebut. Dengan penuh semangat

Waktu telah tiba, detik jarum jam tak bias terhenti pada saat itu, ruangan tak sabar menunggu suara seorang Putra yang selalu menghibur Teman-temandengan kecerdasan dan keberanian dalm berdiskusi, Satria putra nama lengkapnya, nama yang tak asing lagi di unit dua, Satria adalah sosok orang yang ramah dan peduli dengan keadaan,semua Dosen dan teman-teman mudah sekali mengingat nama itu di sebabkan dengan keramahannya.

Pria bertubuh tinggi kurus itu juga pernah menjadi pemimpin unit dengan penuh rasa tanggung jawab dan peduli kepada anggota-anggota unit, Tapi sayang, seorang satria harus rela tersisih dari kawan-kawan kampusnya. Niat tulus untuk terus melanjutkan kuliah, tidak mendapat dukungan manis dari ekonomi keluarganya yang tergolong pas-pasan. Saat itu juga ia memutuskan untuk berhenti kuliah sejenak dan terus terjun kedunia kerja.Agustus hampir berakhir, informasi yang terdengar seorang satria sudah mulai bekerja di sebuah tempat yang tidak jauh dari tempat kuliahnya dulu, Barak yang terletak disamping jalan yang selalu di lintasi oleh teman satu ruangnya, yang sering dilihat walaupun hanya sekejab. Syukurnya ketika itu dia langsung diterima pada sebuah perusahaan terkenal  yang mengontrak pembangunan drainase Kota Banda Aceh. Satria bersama 30 pekerja lainnya ditempatkan sebagai pekerja lapangan, yang bertugas mengumpulkan bahan material kedalam satu paket untuk nantinya dicetak menjadi sebuah precise.

Anak ke tiga dari lima bersaudara tersebut,juga selalu ingin tau dengan keadaan kampus, ia selalu berusaha meluangkan waktunya untuk saling berdiskusi bersama teman-teman tentang keadaan mereka masing-masing. Dia sosok penghibur, selalu bersemangat dan sangat percaya diri, begitulah teman-temannya menjelaskan tentang diri satria. dalam kesibukan kerjanya dia berusaha selalu ada waktu untuk teman- temannya yang dikampus, walaupun tak bisa bertatap muka, tapi suara satria juga bisa terdengar di telinga kawan–kawannya melalui benda kecil, satria sosok orang memiliki wawasan yang luas, yang sanggup memahami keadaan, baginya jauh bukan satu alasan untuk tidak peduli kepada kawan – kawannya.
Tepat empat bulan setelah ia bekerja pada perusahaan tersebut, diketahui satria tidak sadarkan selama dua hari. Rekan kerjanya menyebutkan, satria terlampau semangat untuk bekerja. Bahkan saat-saat istirahat pun ia lupakan, sebagai trik mengejar target. Sampai akhirnya suatu hari ia roboh diatas tumpukan pasir menggunung dibawah cengiran sang mentari.

“satria harus beristirahat selama enam bulan dan dia tidak bisa bekerja dibawah terik matahari lebih dari dua jam” begitulah pesan sang dokter kepada orang tuanya sejenak sebelum membawa satria pulang kerumah.

Semenjak kejadian itu, satria tidak lagi bekerja. Barang-barangya pun sudah diantar oleh rekan-rekan kerja ketika menjenguk satria sakit. Setelah baikan ia bertekat untuk kembali berkuliah, dengan catatan harus memiliki kerja sampingan sebagai penompang hidupnya. Satria pun menyelesaikan administrasi kampus, dan mengubah status diri dari mahasiswa nonaktif menjadi aktif kembali.

Waktu terus berlalu, wawasan dan pengalaman semakin bertambah, dia bekerja pada sebuah Cv yang aktif sebagai perusahaan pengadaan barang dan jasa. Berbeda dengan karyawan lain,dengan panuh semangat juang dan komitmen yang tinggi,ia kerap menyelesaikan tugas kerjanya pada malam hari. Karena pada siang harinya ia harus menjalani aktivitas kampus. Disaat rekan kerja meninggalkan Satria untuk pulang ketempat tinggal masing-masing, justru tidak membuat semangatnya pudar. Ia terus menyelesaikan tugas walaupun rasanya mata ingin terpejam, kepala yang telah mengangguk, ia tetap harus mempertahankan nya, karena masih ada setu dua lagi yang masih setia menatap kotak kecil itu, demi tugas secara pelan-pelan, hingga nanti waktu yang telah ia atur untuk beristirahat menyapanya.

Seperti malam-malam biasanya pria itu telah duduk dengan sigap, di depan meja kecil yang telah penuh oleh tumpukan lembaran-lembaran tebal. Suara iringan musik melayu kesukaannya melengking sepanjang malam, menemani tarian jari-jari pria itu diatas keyboard komputernya. Tak terasa malam semakin larut pria dengan wajah yang begitu santai  Seperti enggan lelah, jari-jari kecil itu terus meloncat, menginjak huruf-huruf penanda yang terlihat mulai pudar. Sampai akhirnya alarm saat ia beristirahat berbunyi, setelah jarum panjang arjoli berputar sampai beberapa kali dan kini menunjuk kearah angka empat. Begitulah tanggung jawab seorang satria, Tapi Putra jantho itu tak pernah bosan menemani malamnya hingga pajar mulai terbit.

Keyakinan diri satria bertambah ketika dia diterima bekerja disebuah Cv, yang siap menerimanya walau masih seorang mahasiswa. Sesuata yang begitu beharga baginya, semangat kuliahpun semakin bertambah dan pengen rasanya ingin cepat-cepat menikmati suasana itu, Pimpinan perusahaan menetapkan satria sebagai pekerja dimalam hari, sambil menjaga pelanggan yang sedang melakukan browsing internet.

Waktu terus berganti, Pria itu mulai berkuliah kembali dengan penuh rasa percaya diri dan semangat yang tinggi sehingga Kawan-kawan menerimanya dengan penuh rasa keiklasan,dan ruang yang selama ini sepi, dengan kembalinya seorang “Satria”susana ruang sudah hidup kembali. Kawan-kawan merasa senang pada saat itu, seorang “satria” yang selama ini menghilang dalam keramaian tapi dia bisa kembalilagi saat sunyi menghantui.

Disaat pagi mulai menyapa, Ia mulai mengayunkan langkah kakinya untuk bergegas pergi kekampus, jalan pagi sudah menjadi hal biasa baginya, itulah waktu olah raganya walaupu agak sedikit lelah. Setiap mata kuliah dia ikuti dengan penuh keiklasan. Hingga  jam kuliah berakhir, selama enam bulan waktu meniggalnya dari barisan yang sebelumnya sejalan dengan kawan-kawannya, dengan penuh keyakinan seorang satria berusaha meluruskan kembali barisan itu.
Waktu terasa begitu cepat berlalu pada saat itu, hari yang dilaluinya penuh dengan canda dan tawa sehingga teman-teman terhibur dengan candanya, dalam waktu yang begitu singkat, Putra jatho itu terpaksa berpisah lagi dengan teman-temannya dengan ruang dan waktu yang berbeda, karena Ia harus mungulangi lagi bersama waktu yang sudah tertinggal.
            Enam bulan kemudian, catatan perpisahan sudah mulai tertutup, barisan yang tertinggal sekarang sudah mulai rapi, pria itu sekarang sudah mulai berjalan kembali sebahu dengan kawan-kawannya, dengan ruang dan waktu yang sama. Coretan tinta yang tertinggal sekarang sudah memiliki warna yang sama.

Selain mempunyai sosok pemimpin yang adil, Satria memiliki beragam hobi, berkarya adalah sudah menjadi tenggung jawab untuk dirinya dalam kata lain itu memang harus dilakukan,namun yang terus melekat adalah mengarang dan menulis puisi,
Ia juga hampir setiap minggunya mengirim hasil karya puisi yang ia karang sendiri ke redaksi koran-koran lokal. Namun sayang puluhan karya yang telah ia kirim, hanya pernah terbit sekali. Itu juga mengalami kesalahan redaksi yang menggabungkan karyanya dengan karya orang lain. Teman-teman yang menyadari hal itu senantiasa memberi dukungan moral untuk satria, agar tidak pernah lelah berkarya. Mereka percaya dan selalu meyakini satria bahwa suatu saat nanti karyanya akan di cari orang.

Satria pun meng-aminin perkatakaan kawan-kawannya itu. Walau mungkin ia hanya menganggapnya sekedar lelucon. Ia juga sudah bertekad dalam hati untuk terus berusaha dan mengasah kemampuannya. Seperti halnya membandingkan karyanya dengan karya orang lain yang sering terbit. Satria mencoba untuk tidak pernah berputus asa, walau kadangkala puisinya yang ia anggap bagus, namun tidak urung terbit.

 Dengan semangat yang tak pernah pudar, puisi-puisinya sudah banyak diterbitkan di media-media masa, seperti koran dan majalah lokal di aceh. Dan ia juga memiliki wadah kusus untuk karya-karya yang telah siap disajikan dengan kreatifitasnya yang begitu besar, Satria juga memiliki Blogspot tempat untuk menuangkan karya-karya tercintanya  dan banyak juga dipersembahkan untuk kawan-kawan tercinta. Sampai akhirnya mereka termotivasi untuk menulis karya-karya ilmiah, dan mulai giat berlatih hingga menghasilkan karya-karya yang berbeda.

Ini adalah salah satu karya tulis Satria putra yang ditulis pada tanggal 29 Febuari, dengan judul “PEMBOHONG”
Aku sering berbohong
Kadang aku terpaksa,
Kadang aku sengaja
Mungkin karna aku sering berbohong

Aku sudah biasa
Hidupku tak pernah kosong
Semuanya mudah
Karna aku sering berbohong

Aku tidak pernah takut
Apa lagi pada yang menggonggong
Berikan saja dia roti
Itu sudah lebih cukup

Kenapa harus khawatir
Berbohong saja lagi
Mudah, semuanya mudah
Karna aku sering berbohong

Ayo ikut..!!
Syurga ada disini
Semuanya lengkap
Aku kembali berbohong
karya ini ditulis disaat ruang watu yang kosong pada jam kerjanya, kenapa dia menuliskan judul puisi itu “Berbohong”,,?? Kita ketahui berbohong itu dosa, tapi keadaan pada saat itu satria memang harus berbohong pada dirinya sendiri, terkadang dia lapar dia tidak menampakan kepada orang bahwa dirinya lapar, dan terkandang dia lelah, juga tak ingin memperlihatkan lelahnya itu kepada kawan-kawannya, dengan tujuan supaya kawan bisa semangat dalam menjalankan aktivitas, walau dalam keadaan apapun.

Satria juga orang yang selalu akrab dangan kawan-kawannya, yang selalu menghidupkan suasana hari bagitu cerah, dengan pebgalamannya yang cukup, wawasan yang luas, dia selalu peduli kepada teman-temannya yang malas untuk kuliah,dorongan dan motivasi-motivasi selalu ada untuk kawan-kawannya, semangat juang selalu deberikan walau hanya seuntai kata, tapi itu semua sangat bermanfat bagi orang lain. Satria adalah pahlawan yang penuh rasa tanggung jawab. ia bisa kita ibaratkan “sepaerti lilin yang rela bekorban demi keterangan”

Sifat rendah hati yang tak bisa di pungkiri lagi dalam dirinya terkadang dalam canda ada juga menyakitkan tapi itu sudah hal biasa, senyum adalah identitas yang selalu di nampakakan, walaupun dalam kesedihan. Hal yang sering dilakukan disaat dalam keramaian adalah menghibur, canda dan tawa selalu tercipta disaat bersamanya itulah hal yang tak bisa dilupakan oleh kawan-kawan terhadapnya.Dan dia juga memiliki sifat yang sedikit egois, yang cepat sekali mengambil keputusan dengan tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, dan satria juga orang yang tak boleh dibohongi sama sekali, kalau sekali dilihat hitam yang seterusnya juga hitam. Begitulah sikap seorang “satria”.
Hari terus berlalu, Satia terus bekerja keras untuk mempertahankan perjuangannya yang sempat terhenti sejenak dalam perjalanannya, yang pada saat itu dia tidak bisa berbuat sesuatu untuk dirinya, oleh karena itu, satria selalu berusah agar kedepan tidak terulang lagi kejadian menyedihkan itu, walaupun kehidup yang dilalui sekarang penuh dengan beban yang berat. Laki-laki jantho itu masih juga menemani malam walaupun badan sudah mulai kurus. Sayang,,terkadang dia sadar untuk menjaga kesehatannya, tapi apa boleh buat, keadaan selalu menuntut dia untuk selalu siap menjalankannya.
Harapan kedepan yang selalu ditanamkan oleh seorang Satria adalah dari perjuangan dia sekarang, Ia tak ingin selalu bernaungan di bawah orang lain, dia akan berusah untuk punya usaha mandiri kedepannya, dia yakin dia juga bisa seperti orang yang mampu dan sukses menjalankan usahanya, dengan mengandalkan pengalaman dan ilmu yang di dapatkan disaat perkuliahan.
Begitulah perjuangan seorang satria yang tak mengenal putus asa, yang selalu berusaha mencoba untuk  bangun kambali dari tidurnya, walaupun banyak rintangan yang harus dilalui tapi itu semua dilalui dengan penuh kesabaran, keiklasan, semangat yang tinggi, dan ketabahan, do’a dan usahanya berjalan bersama waktu, yang Alhamdulillah pada saat ini Satria putra sudah mampu memenui kebutuhan dirinya sendiri, juga keluarganya. Dan kesenangan yang dirasakan saat ini begitu mendukung untuk berkarya lebih bagus lagi dan juga bisa membantu orang lain.
Pria yang berasal dari Kota Jantho tersebut memiliki keinginan yang besar, dan ingin selalu melihat perubahan baik itu pada dirinya maupun pada orang lain, dia sangat memiliki kemampun untuk mengubah sebuah keadaan, dia senggup memberikan arahan, solusi, tapi sayang, pria tersebut tidak mau mengerakkan jiwa dan raganya untuk kemajuan tersebut, dia Cuma bias bermain dibelakang layar kayaknya, itulah sedikit kekurangan yang ada pada pria tersebut, yang tak ingin memperlihatkan kemampuannya, pada hal itu kepentingan bagi orang banyak, mmmm,,,!! sejauh ini kita tak tau apa yang sebenarnya yang terpikir dalam pikiran anak yang berkelahiran 15 maret itu. mungkin itu kepribadian seorang satria.
Hidupnya telah terorganisir dengan motto yang ia tanamkan sejak pertama masuk kuliah.
“The Best Life Is Never Complain. If Other Can, Why I Can’t”  begitu kira-kira bunyinya. Dan sejak itu juga, ia terus menjalani hidup dengan keadaan yang terus ia syukuri. Mencoba tetap tegar dan tidak mengeluh , walau seberat apapun batu masalah yang ia pikul. Dengan motto yang di tanamkan itu,  Seorang Satria akan selalu berdo’a dan mengadu nasib kepada Allah SWT, supaya Allah selalu memberikan kemudahan kepadanya.
Sekian,,!!

Ditulis 2 juni 2012